10 Maret 2015

Kehangatan Bromo yang Dingin

Hemhhhh..... Suasana kampung tercintaku yang dingin memaksaku untuk tetap tinggal di dalam rumah. Rasa malas seolah mengajak pasukannya menghasutku untuk tidak melangkahkan kaki keluar pintu. Ditambah angin ribut yang berteriak-teriak membuat bulu kudukku  merinding kedinginan.

Aku mulai berjalan-jalan di dalam rumahku, mondar-mandir kesana kemari tanpa arah tujuan. Bagai setrika yang hanya mengulangi gerakannya di atas kain. Sungguh suasana membosankan sepi tiada kawan.

Entah kenapa tiba-tiba kaki ini melangkah ke ruang komputerku. Aku pun mengikuti gerak kaki sampai tepat duduk di depan layar monitor selebar 19 inchi. Di dalamnya ku temukan sebuah album foto yang potret sekitar lima bulan yang lalu. Sebuah album perjalanan ke Bromo.

Tentunya anda lebih tahu gunung bromo kan?? Gunung Bromo (dari bahasa Sanskerta: Brahma, salah seorang Dewa Utama Hindu), merupakan gunung berapi yang masih aktif dan paling terkenal sebagai obyek wisata di Jawa Timur. Sebagai sebuah obyek wisata, Gunung Bromo menjadi menarik karena statusnya sebagai gunung berapi yang masih aktif. Bromo mempunyai ketinggian 2.392 meter di atas permukaan laut itu berada dalam empat wilayah, yakni Kabupaten Probolinggo, Pasuruan, Lumajang, dan Kabupaten Malang. Bentuk tubuh Gunung Bromo bertautan antara lembah dan ngarai dengan kaldera atau lautan pasir seluas sekitar 10 kilometer persegi.

Sekitar lima bulan yang lalu  perjalanan pertamaku menginjakkan kaki di bumi tengger. Aku senang sekali karena bisa melihat dengan nyata lautan pasir yang begitu luas. Membuktikan sendiri keindahan alamnya yang dulu hanya bisa ku dengar lewat mulut orang lain.

Saat itu, aku tidak sendirian menuju kawah bromo. Aku kesana bersama rombongan satu bus perawat RSUD Salatiga. Seorang temanku yang mengajak aku untuk ikut rombongan tersebut.

Meskipun aku belum terlalu mengenal rombongan, tetapi aku bisa langsung menyesuaikan diri dan berbaur dengan mereka. Mereka begitu ramah dan  banyak canda sehingga aku gak merasa canggung saat bersama mereka. Kebersamaan dan keranahtamahan merekalah yang mampu menghangatkan dinginnya puncak Bromo di pagi hari. Keindahaan matahari  terbit dengan warna emasnya menambah semangat dan mampu mengobati kelelahan saat perjalanan. Sungguh pengalaman yang menyenangkan dan perlu untuk diabadikan.

Berikut ini Dokumentasi kehangatan Bromo yang dingin.

0 Comments

Posting Komentar

Silakan berkomentar dengan bahasa sopan dan mudah dimengerti