Malam itu, Sabtu Pon malem Minggu Wage, tetap menjadi malamnya kawula muda. Suara sayup-sayup nan merdu terdengar dari pengeras suara masjid setelah shalat isya'. Malam itu pula saya bersiap-siap untuk mengingat kematian dengan berziarah. Mengenang jasa-jasa dari para ulama yang telah menghadap Allash SWT.
Saya sudah mempersiapkan diri untuk hari itu. terbukti dengan tidak tenangnya hatiku menanti jam berangkat. Setelah bbm-an dirasa cukup dan peralatan tempur siap, aku putuskan untuk berjalan keluar rumah menerjang gelapnya malam.
Sesampainya di tempat armada berkumpul, saya telat duh... Kedua armada sudah hampir terisi penuh. Saya hanya bisa menduduki jok setengah saja. Tidak apalah yang penting niatnya untuk ibadah. Dengan terpaksa saya pun duduk seolah-olah manis hingga mata terlelap ke dalam mimpi indah.
Dengan tertidurnya saya, hingga tak kuhiraukan betapa tidak mengenakkan posisiku. Dengan nyamannya aku tertidur hingga ku tahu bahwa aku telah sampai di depan gerbang makam muria. Yesss... akhirnya pantatku terbebas dari posisi yang gak menguntungkan.
Setelah turun dari mobil kuputuskan untuk duduk-duduk sejenak untuk menghilangkan penat. Sebagian rombongan ada yang memutuskan untuk langsung berjalan mendaki dan sebagian lagi ada yang naik ojek. Saya pun gak mau kalah, saya pun memutuskan untuk mendaki bareng sama tukang ojek.
Posted by Mas Aan on 6 Desember 2015
0 Comments
Posting Komentar
Silakan berkomentar dengan bahasa sopan dan mudah dimengerti