26 Maret 2018

Jagoanku


Alhamdulillah.... Akhirnya yang ditunggu-tunggu oleh kami sekeluarga telah datang. Anggota keluargaku bertambah satu. Jagoan kecil datang  dengan jeritan tangis yang membuat tersenyum keluargaku, terutama aku dan terlebih istriku tercinta. 

Bahagia terpancar dari raut wajah cantik istriku yang selama 9 bulan sekuat tenaga melindungi sang buah hati.Dan puncaknya malam ini, perjuangan sabilillah istriku yang sekuat tenaga menahan sakit yang tiada duanya. Meskipun sakitnya minta ampun, tetap berjuang demi mendengarkan jeritan si mungil, jagoanku.

Mungkin bagi sebagian orang cerita ini biasa, tetapi bagiku ini bukan lagi luar biasa tetapi DAHSYAT. Aku yang mendampinginya merasa tidak akan mampu menggantikan posisi istriku. Mulai dari tingkat kesabaran, menahan rasa sakit dan sebagainnya.

Aku berusaha menjadi suami siaga mendampingi istriku di setiap detik sakit yang ia rasakan. Jum'at pagi, hingga minggu malam sungguh rasanya tak tega melihat istriku merintih kesakitan. Dari Bidan hingga rujukan ke Ken Saras aku antar dengan kendaraan sederhana roda dua yang getarannya sangat terasa bila melewati jalan yang tidak rata.

Alhamdulillah, anakku terlahir normal dengan penuh perjuangan. Bidan Delima Bu Harti Mustakim, di situlah istriku bersalin. Malam senin serasa begitu lama. Dari jam 7 malam hingga 12 malam serasa begitu berabad, aku tak sabar menanti kelahiran anakku.

Niatku ingin menemani istriku sampai anakku lahir, tetapi apa daya bu Bidan menyuruhku untuk beristirahat di luar. Itu karena wajahku sudah mulai pucat dan ditakutkan pingsan di ruangn bersalin. Ya, aku turuti bu bidan dan menunggu di luar.

Selang 10 menit, terdengar suara tangisan anak kecil dari dalam ruangan. Benar itu anakku, tepat pergantian hari, Senin Kliwon tanggal 26 Maret 2018 pukul 00.05 WIB. Dengan cepat kilat pun aku langsung masuk kedalam tanpa menunggu panggilan. Perasaan senang dan tak sbar ingin melihat yang membuat aku ingin menyaksikan seperti apa anakku.

Di dalam suasana masih panik, bu Bidan saling berbagi tugas, ada yang merawat istriku dan ada yang merawat anakku. Aku masuk melihat istriku lemah tak berdaya. Aku hanya melihat istriku sedang ditangani oleh bidan dari pojok pintu. Sementara anakku, jagoanku, berada di sebelahku sedang digantiin baju. Menangislah nak... menangislah sekuat tenagamu. Dalam hatiku terus berkata begitu. Perasaan gembira melihat anakku yang menangis membuatku tak mampu berkata.

Saat pertama kali bidan menyerahkan jagoanku, ada perasaan sedikit takut. Tetapi ini anakku aku harus kuat dan memberanikan diri. Tak lama setelah berada dipangkuanku ku dekati telinga kanan sambil mengucapkan kalimah azan serta telinga kiri dengan kalimah Iqomah.

Jagoanku...
Jadilah kebanggaan ayah ibumu...
Jadilah orang yang paling bermanfaat...
Pegang teguh kalimah syahadat....
Sholeh... dan berakhlaqul Karimah...




0 Comments

Posting Komentar

Silakan berkomentar dengan bahasa sopan dan mudah dimengerti