14 Juni 2019

Kesempatan Kedua di Boyolali


Teman Ansil... Setelah kemarin saya menulis tentang Mencoba Peruntungan di Boyolali yang belum tuntas. kali ini saya akan melanjutkan cerita kemarin yang tertunda.


Selesai tes CAT SKD CPNS 2018 saya dan istri tercinta pulang membawa kesedihan yang tersimpan. Kami tetap tegar dan menguatkan serta saling menguatkan. Kami harus tetap berdoa sampai pengumuman resmi dirilis oleh pemerintah kabupaten Boyolali. Kami berharap ada keajaiban dari dahsyatnya doa. Pepatah mengatakan "Usaha tanpa Doa itu Sombong, Doa tanpa Usaha itu Bohong". Setidaknya saya sudah berusaha sekarang tinggal berdoa, doa dari istri, orang tua dan keluarga serta rekan dan teman.

Beberapa hari kemudian waktu pengumuman hasil seleksi SKD sudah terpasang di website Pemerintah Kabupaten Boyolali. Senang dan seolah tak percaya melihat bahwa saya lolos ke tahap selanjutnya. Tahap tes SKB. Meskipun saya tak lolos pasing grade, Tuhan Allah SWT berkehendak saya termasuk tiga besar teratas. Hal ini membuat saya mendapatkan kesempatan kedua untuk menjadi PNS di Kabupaten Boyolali. 

Dengan sistem perangkingan tersebut saya menjadi tahu siapa saja rekan guru yang mendaftar dalam satu SD. Hal ini menentukan strategi langkah ke depan yang harus dilakukan. Saya tidak berada diposisi teratas sehingga hanya ada satu pilihan nilai SKB ku harus jauh diatas yang berada diposisi satu. Karena nilai SKB sama tidak akan sanggup mengalahkan dia.

Rasa was-was pasti ada, beruntung mempunyai istri yang selalu mendukung dan mendoakanku. Istriku selalu menyemangatiku untuk tetap belajar dan belajar. Di lain sisi istriku juga tak berhenti berdoa agar aku dimudahkan dalam tes SKB.

Teman-temanku juga banyak yang memberikan pengalamannya dalam menghadapi tes SKB. Dari situlah saya mempelajari apa yang mereka hadapi. Dan itu sangat membantu.

Hari yang ditentukan untuk tes sudah tiba. Tidak ingin mengulangi kegagalan, aku dan istriku berangkat lebih pagi. Untuk jalur yang ku tempuh melalui jalur alternatif gemolong. Kami lewat sini karena pas tes SKD pulangnya lewat Gemolong. Jadi tidak takut nyasar.

Saya memilih berangkat dengan istri meskipun ada tawaran untuk menyewa mobil. Bukan masalah biaya yang membuatku tidak mau. Tetapi saya ingin mengajak istriku berjuang bersama, mendoakanku disana, merasakan apa yang kurasa dan terasa romantis berboncengan di dinginnya pagi.

Saat subuh tiba, kami sudah sampai di POM Bensin Andong. Kami berhenti sejenak, Subuh berjamaah, berdoa pada Allah sang pencipta agar diberi kemudahan dan keselamatan dalam perjalanan. Subuh sudah sampai disini karena aku tes jam pertama sehingga harus berangkat pagi-pagi.

Sekitar jam 6 kami sudah sampai di Sragen. Baru kusadari bahwa waktu itu hari Minggu dan biasanya di kota ada acara car free day. Di Sragen juga sedang ada car free day yang membuatku harus melewati jalan yang kami tak tahu menahu. Akhirnya saya menyuruh sang istri untuk membuka google map, dan membimbingku sampai tujuan. Untung mengajak istri.

Setelah sempat makan pagi alias sarapan, saya sekali lagi berdoa, ya karena saya yakin akan kemampuan doa. Sebelum masuk kupandangi wajah istriku. Terpancar semangat dan penuh harap. Ini kesempatan kedua. Berjuanglah demi anak dan istrimu. Bismillah dengan hati tenang saya mulai melangkahkan kaki memasuki ruang registrasi dan ruang tunggu.

Saat menunggu masuk ke ruang CAT saya bertemu dengan teman yang berasal dari kabupaten Semarang, guru di kecamatan Sumowono. Saya menyebut dan memanggilnya Galuh dan Anggit. Kami bertiga masuk ke ruang CAT bersama dan duduk dalam satu baris, jadi kami bisa ngobrol sebelum mulai tes. Belajar dari pengalaman kemarin saya memilih duduknya tidak di pojok depan, takut gugup lagi hehe.

Waktu mulai mengerjakan dimulai. Kami sibuk dengan laptop masing-masing. Mengerjakan penuh khidmad dan mengabaikan gangguan. Tidak ada seorangpun dari 450 peserta yang membuat kegaduhan. Mereka mengerjakan dengan seksama dan penuh ketelitian.

90 menit usai. Saya pun mengklik tombol selesai. Terpampang jelas nilai perolehanku. Ah lumayan, pikirku sambil melihat hasil nilai teman di sampingku. Eh tapi gak kelihatan hiks. Meskipun nilainya Lumayan, saya merasa tidak ada beban. 

Berjalan keluar menghampiri sang istri. Kulihat senyum  dan mata yang berkaca-kaca diwajahnya. Alhamdulillah, ini keberhasilan bersama, keberhasilan usahaku dan doa istriku. Tanpa disangka saya berada diperingkat 17 dari 450 peserta. Hal itu juga membuat saya mendapatkan nilai tertinggi di SD tujuan.

Usaha dan doa, haruslah berjalan beriringan. Sungguhlah dahsyat kekuatan doa. Akhirnya saya bisa merasa tenang dan ayem untuk sementara waktu. Iya sambil menunggu pengumuman resmi dari Pemkab Boyolali. Alhamdulillah segala nikmat karunia dariMu, Tuhan semesta Alam.


0 Comments

Posting Komentar

Silakan berkomentar dengan bahasa sopan dan mudah dimengerti